Jakarta, listberita.id – Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno, membahas gaya kepemimpinan Gubernur Jawa Barat dan Jakarta.
Adi Prayitno seorang pengamat politik, memberikan penjelasan terkait soal “Gubernur” yang menjadi viral belakangan ini di media sosial, (2/5/2025).
Pengamat Politik Adi Prayitno menyinggung kepemimpinan kedua Gubernur dari Jawa Barat dan Jakarta. (Dilansir dari Kompas).
Menurut dia, “Ya saya kira memang secara prinsip Ya. Gubernur contain itu menjadi penting, sebagai sebuah eksposur apa saja yang sudah dilakukan oleh mereka.
“Karena selama ini kan banyak sekali tuntutan-tuntutan dari publik, apa saja sih! yang dilakukan seorang Gubernur, tutur Adi Prayitno.
Adi mengatakan, ketika melakukan gebrakan-gebrakan kinerja yang bisa terukur dengan adanya media sosial.
Menurut dia, yang begitu berlimpah tentu para Gubernur dan para pemimpin-pemimpin daerah itu, bisa memamerkan apa saja yang sudah dilakukan Gubernur dan Bupati dan Wali kota.
Maka dengan adanya media sosial yang cukup luar biasa, bagi saya ini adalah momen objektif pembuktian.
Bahwa, Kepala Daerah itu melakukan akselerasi, melakukan kinerja dan mereka berbuat sesuatu, berguna bagi daerah masing-masing.
Itu secara prinsip penting sebenarnya, minimal rakyat dan publik secara umum bisa melihat.
Bahwa Gubernur itu tidak hanya duduk manis, dan berdiam diri selama lima tahun dan hanya menunggu, Pilkada lima tahun selanjutnya “Itu yang pertama.
Yang kedua, bagi saya memang secara prinsip apapun yang dilakukan Gubernur-gubernur yang mengekspos, begitu banyak kegiatan di media sosial.
Itu tentu jangan hanya berhenti disitu, yang paling terpenting adalah’, bagaimana yang sudah mengekspos di~”Media Sosial” dibarengi dengan kebijakan- kebijakan yang konkret.
Misalnya soal kemiskinan, bisa berkurang akses terhadap pekerjaan itu semakin mudah, orang yang selama ini.
Untuk mendapatkan akses terhadap kesehatan itu sulit, kemudian ada solusinya, kemudian ada dan seterusnya-seterusnya.
Karena tentu kita tidak mau publik secara umum, apa yang ditampilkan di medsos, di dunia digital.
Itu hanya sebatas ornament- ornament yang tidak bisa diukur, dan hanya sebatas~Gimik~ yang tidak ada solusinya.
“Perhari ini, sebatas testing doang semacam pemanasan sebenarnya, kata Adi Prayitno. Ia menambahkan, kalau kita mau hitung satu-satu misalnya, persoalan Gubernur Jawa Barat .
Misalnya larangan soal studi tour,’ itu bagus sebenarnya. Inikan untuk efisiensi untuk menghemat anggaran.
Terutama untuk masyarakat yang kurang mampu, termasuk misalnya soal apa namanya dilarang untuk memungut.
Bagaimana penggalangan di jalan umum itu, secara prinsip bagus. Cuman kan perlu ada solusinya!.
Bagaimana dengan tempat- tempat ibadah. Seperti Masjid, Musholla yang memang gak punya dana.
Kalau misalnya, menggalang dana dijalan umum itu tidak bisa. Itulah yang saya sebutkan larangan kanan kiri boleh” studi tour tidak boleh.
Kemudian misalnya, macam- macam. Tapi yang paling penting adalah, kasih solusinya supaya masyarakat itu terperdaya.
Kalau melihat kecenderungan rata-rata.” Ya” saya kira publik suka, dengan pemimpin yang selalu menunjukkan apa yang sudah mereka lakukan.
Tapi ini akan menjadi “fedback” yang justru sebaliknya, kalau tidak dibarengi dengan kebijakan- kebijakan yang terukur .
Misalnya kalau soal, keinginan wajib militer ke “siswa yang dianggap nakal, kalau tidak dibarengi dengan kebijakan- kebijakan yang lain “Dan terukur.
Misalnya, soal bagaimana pembinaan supaya tak ada lagi. Misalnya anak-anak muda, anak-anak remaja, anak-anak sekolah yang nakal. Itu tentu percuma.
Kenapa jawabannya harus wajib militer? Kenapa misalnya tidak di pesantren kan? Bukankah pesantren itu lebih baik’, pembina jasmani dan rohani.
Itu sudah cukup kuat sentuhan- sentuhan psikologis dari seorang ulama, seorang kyai, dan seorang ustad.
Ini menjadi penting sebenarnya untuk menimba. Supaya anak-anak muda yang selama ini nakal misalnya, itu menjadi penting menjadi anak muda baik dan menjadi anak muda yang Sholeh.
Disatu sisi anak-anak mudanya baik. Dan yang paling penting pesantren ataupun, lembaga agamanya itu bisa terbantu, dengan adanya program semacam seperti ini.
Oleh karena itu kalau saya membaca rata-rata, secara umum Gubernur yang disebut’,dengan Gubernur Banten” ini secara substantif bagus gebrakannya sudah ada.
Tapi yang paling penting jangan hanya berhenti di situ. Kalau bicara tentang membangun citra, pasti saya kira semua pejabat- pejabat publik di negara kita, mereka punya intensi sebenarnya.
“Untuk menunjukkan sebagai pemimpin yang pro rakyat. Tentu faedahnya adalah, akan disebut sebagai pemimpin yang akan berguna menjadi calon-calon pemimpin di masa-masa yang akan datang.
Kalau kita membaca komentar- komentar Netize, jangan-jangan Gubernur yang aktif di medsos, bikin contain terkait dengan segala keputusannya.
“Oh ini adalah jalan~panjang menuju 2029> Bagi saya terlampau jauh karena, kalau kita bicara Calon Presiden Republik Indonesia.
Sepanjang masih Prabowo Subianto mencalonkan diri yang kedua kalinya, maka akan sulit saya membayangkan ada calon-calon yang lain. Yang bisa menandingi yang, sehebat dan sekuat pada Prabowo Subianto
Menyinggung masalah kang Dedi, tentu ini adalah satu partai rasa-rasanya. Calon Presiden dan Wakil Presiden kalau satu partai itu,..agak sulit.
Untuk memborong dua kursi bersamaan. Kecuali calon-calon Gubernur yang lain mungkin, Gubernur Jakarta “Ya kan.. ataupun Gubernur Kaltim.
Gubernur-gubernur yang bukan kader dari Gerindra, sangat mungkin’, tapi bagi saya memang di era jaman digital yang sangat terbuka memang ada tuntutan.
Bagi seorang pejabat publik untuk selalu eksis, untuk selalu tampil bahwa’, mereka adalah pemimpin yang bekerja untuk rakyat, Pungkasnya. (Dilansir dari Kompas-RED).