LIST BERITA – Pemerintah melalui Kementerian Pertanian menemukan kejanggalan pasokan beras.
Disebutkan oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, setelah melakukan investasi menyeluruh pihaknya.
Dalam kecurigaannya selama ini menemukan, dari hasil investigasi Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman.
Menteri Pertanian mengungkapkan ada 212 merek beras oplosan, atau tidak memiliki kualitas sesuai standar dan regulasi yang di tetapkan.
Meski terdapat 212 merek beras, yang telah diinvestigasi Kementan dan Satgas Pangan dan Polri.
Menurutnya itu telah terbukti tidak memenuhi standar mutu, baik dari sisi berat kemasan, komposisi, hingga labelnya.
Semuanya ini yang 212 merek, kami sudah kirim langsung ke Pak Kapolri, kemudian Satgas Pangan dan Pak Jaksa Agung.
Semoga ini diproses cepat. Kami sudah terima laporan tanggal 10 (Juli) lalu, itu telah mulai pemeriksaan.
Kami berharap ini ditindak tegas, “ungkap Amran dalam sebuah pernyataan nya lewat video, Senin (14/7/2025).
Amran Akan Umumkan Ratusan Merek Beras Oplosan Secara Bertahap
Amran pun memastikan bakal segera merilis 212 merek beras, oplosan yang sudah di investigasikan nya itu.
Masyarakat di minta untuk memperhatikan, berbagai merek beras yang nantinya diumumkan agar tidak terjebak membeli oplosan.
Mohon kepada pembeli nanti perhatikan merek, yang dimunculkan di media-media seluruh Indonesia.
Itu nanti kita munculkan secara bertahap yang diperiksa dua hari yang lalu, itu akan kita munculkan merek apa saja.
”Dan kita harap ini diketahui seluruh masyarakat Indonesia, supaya tidak tertipu dengan mereknya, “ucap Amran.
Modus Operandi Yang Digunakan Dalam Skema Pemasaran Beras Oplosan
Amran kemudian menjelaskan beberapa modus, yang digunakan untuk menjual beras oplosan tersebut di pasaran.
Pertama, dari sisi volume dikatakan merupakan beras 5 kilogram (kg), padahal hanya 4,5 kg.
Kedua, sebesar 86 persen mengatakan beras premium dan medium, padahal beras biasa.
Artinya apa? Satu kilogram bisa serisi Rp2.000 sampai Rp3.000 kilogram.
Kalau gampangannya adalah kita mencontohkan emas, tertulis emas 24 karat, tetapi sesungguhnya itu 18 karat. Ini kan merugikan masyarakat Indonesia, “tutur Amran.
Kerugian Nyaris Capai Rp100 Triliun
Amran menambahkan, kerugian yang bisa diderita dari peredaran beras oplosan bisa mencapai nyaris Rp100 triliun.
Ini merugikan masyarakat kurang lebih Rp99 triliun, hampir Rp100 triliun kalau ini terjadi setiap tahun.
Dan katakanlah kalau 10 tahun kan Rp1.000 triliun, kalau lima tahun kan Rp500 triliun, “tandas Amran.