Listberita.id – Korea Utara berkeinginan menjalin kembali, dalam perundingan tentang nuklir dengan AS, (1/7).
Apabila Donald Trump terpilih kembali sebagai Presiden AS. ungkapan ini disampaikan oleh mantan Diplomat Korea Utara.
Korea Utara akan berupaya merancang strategi negosiasi baru, kata seorang diplomat senior Korea Utara” yang baru-baru ini, membelot ke Korea Selatan kepada Reuters.
Pelarian Ri Il Gyu dari Kuba menjadi berita utama, di seluruh dunia bulan lalu. Ia adalah diplomat Korea Utara berpangkat tertinggi yang membelot ke Selatan sejak 2016.
Dalam jumpa pers lewat media internasional, Ri menyampaikan Korea Utara telah menetapkan Rusia, AS, dan Jepang.
Penetapan ini sebagai prioritas utama, kebijakan luar negerinya untuk tahun ini dan seterusnya.
Sambil memperkuat hubungan dengan Rusia, Pyongyang ingin membuka kembali, perundingan nuklir dengan AS jika Trump terpilih.
Menurutnya mereka terlibat dalam taktik berbahaya dan, diplomasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dengan Korea Utara selama masa jabatan sebelumnya’,memenangi pemilihan ulang pada bulan November, kata Ri.
Para diplomat Pyongyang sedang memetakan strategi untuk skenario itu, dengan tujuan mencabut sanksi terhadap program persenjataannya.
Serta mencabut penunjukannya sebagai negara sponsor terorisme, dan memperoleh bantuan ekonomi, kata Ri.
Komentarnya menandakan kemungkinan perubahan sikap dari Korea Utara, saat ini setelah pernyataan baru-baru ini.
Namun Korea Utara mengabaikan kemungkinan dialog dengan AS, dan memperingatkan konfrontasi bersenjata .
Puncak pertemuan dilakukan antara pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Trump, di Vietnam pada tahun 2019 gagal karena sanksi. dan
Lanjut Ri, sebagian menyalahkan keputusan Kim untuk mempercayakan diplomasi nuklir kepada, komandan militer yang “tidak berpengalaman dan tidak tahu apa-apa”ungkapnya.
“Kim Jong Un tidak tahu banyak tentang hubungan internasional, dan diplomasi, atau bagaimana membuat penilaian strategis,” katanya.
“Kali ini, Kementerian Luar Negeri pasti akan mendapatkan kekuasaan dan, mengambil alih kendali.
Menurutnya tidak akan mudah bagi Trump, untuk mengikat tangan dan kaki Korea Utara” lagi, selama empat tahun tanpa memberikan apa pun.”
HUBUNGAN DENGAN RUSIA, BANTUAN JEPANG
Dengan menjalin hubungan yang lebih erat dengan Rusia, Korea Utara menerima bantuan dalam hal teknologi rudal dan ekonominya.
Namun, manfaat yang lebih besar adalah memblokir sanksi tambahan, dan melemahkan sanksi yang sudah ada, kata R.
Seraya ia menambahkan hal itu akan meningkatkan daya tawar, Pyongyang terhadap Washington.
“Rusia mengotori tangan mereka sendiri dengan terlibat dalam transaksi terlarang dan, berkat itu, Korea Utara tidak perlu lagi bergantung pada AS.
Untuk mencabut sanksi, yang pada dasarnya berarti mereka melucuti salah satu alat tawar-menawar utama AS,” katanya.
Di Tokyo, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan ia ingin bertemu Kim , tetapi masalah warga negara Jepang.
Ketika teringat warganya yang diculik oleh Korea Utara, pada tahun 1970-an dan 80-an, dan ia telah mengingatkan luka lama maka ia urungkan niatnya.
Menurut Ri, Kim akan berupaya mengadakan puncak pertemuan dengan Jepang, dengan tujuan memperoleh bantuan ekonomi sebagai imbalan atas konsesi pada masalah penculikan.
Tokyo berkeyakinan 17 warganya diculik, lima di antaranya kembali ke Jepang pada tahun 2002.
Pyongyang mengakui dan hal tersebut telah selesai, setelah pengakuan atas penculikan 13 warga negaranya.
Jepang pun mengatakan bahwa mereka yang tidak diketahui, keberadaannya telah meninggal dunia atau tidak diketahui.
Ri mengatakan Kim bersedia mengubah posisi tersebut, yang ditetapkan pada masa pemerintahan ayahnya Kim Jong Il, untuk mendapatkan dukungan ekonomi.
“Mereka mengatakan bahwa masalah tersebut telah terselesaikan, tetapi itu hanya untuk meningkatkan kekuatan negosiasi, hingga dia membuat konsesi di pertemuan puncak,” katanya.
DENDAM DAN PEMBELOTAN
Setelah belajar di sekolah Prancis di Aljazair dan tinggal, di Kuba bersama mendiang ayahnya, yang merupakan reporter media pemerintah.
Ri mengatakan ia telah membayangkan kehidupan di Korea Selatan sejak kecil, tetapi tidak pernah bertindak untuk melarikan diri.
Sampai saat ini ia diganggu oleh seorang rekan diplomatik, karena menolak permintaannya dalam penyuapan.
Kemudian momen yang menentukan tiba ketika Pyongyang langsung menolak permintaannya.
Untuk mendapatkan perawatan medis di Meksiko, dengan biaya sendiri, akibat pecahnya saraf di lehernya.
“Itu meledakkan semua kebencian yang saya pendam, terhadap rezim tersebut,” tutur Ri.
Penguncian akibat COVID-19 memperparah kesulitan di dalam negeri, dan bagi mereka yang bertugas di luar negeri.
Dengan sebagian besar sambungan telepon ke Pyongyang, diputus untuk mencegah penyebaran informasi apa pun di dunia luar, kata Ri.
Masalah keuangan juga memaksa Korea Utara, menutup akses belasan dari 54 misi diplomatiknya.
“Ketika mereka mulai membuka kembali dan memanggil, mereka yang bekerja di luar negeri pada awal 2023.
Mereka meminta untuk membawa pulang segala sesuatu mulai, dari sikat gigi bekas hingga sendok, dengan mengatakan tidak ada apa-apa di sana,” katanya.
Ri juga menyaksikan, dan dalam pekerjaannya mencoba menghalangi – peluncuran hubungan diplomatik antara Korea Selatan dan Kuba, sekutu Korea Utara pada era Perang Dingin.
“Saya telah melakukan segala hal untuk mencegah hal itu terjadi, tetapi membangun hubungan dengan Kuba adalah hal terbaik yang telah dilakukan Korea Selatan sejak tahun lalu,” katanya.
“Itu adalah contoh teladan tentang bagaimana gelombang sejarah telah berubah, dan ke mana peradaban normal masyarakat internasional sedang menuju. (Dikutip dari Reuters-Saidi SPMI).