Listberita.id – Konseptual Seni Budaya, bersama KPU Kabupaten Bogor, membuat terobosan kearifan lokal.
Beranjak dari seputar Seni Budaya terdiri dari kearifan lokal, hal ini mendapat perhatian khusus dari KPU Kabupaten Bogor dan program dari jajaran Dewan Pengurus Daerah, Serikat Praktisi (DPD SPMI) Bogor Raya.
Pengurus DPD SPMI Bogor Raya kunjungi kantor KPU Kabupaten Bogor. Dalam kunjungan itu DPD SPMI Bogor Raya, mendapatkan sambutan dari Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat dan SDM KPU Kabupaten Bogor (23/7).
Sejatinya seni budaya kearifan lokal di gagas oleh DPD SPMI Bogor Raya, dalam gagasan ini gagasan itu diamini oleh KPU Kabupaten Bogor.
Aprian Wahyudi, selaku Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat dan SDM KPU Kabupaten Bogor menyambut baik. Atas usulan yang dilontarkan oleh DPD SPMI Bogor Raya.
Hal yang menarik menurut paparan dari Aprian Wahyudi ketua Divisi Sosialisasi KPU Kabupaten Bogor, Ia mengatakan bagi para peserta menjelang Pilkada Kabupaten Bogor 2024.
Untuk dituangkan nya kedalam visi progres dari KPU Kabupaten Bogor, bagi peserta calon Bupati Bogor periode 2024-2029.
Kembali persoalan seni budaya, KPU Kabupaten Bogor mendapat masukkan dari Mang Iding tokoh kesenian budaya dan theater.
Sepanjang ini kita mengulas tentang seni budaya yang berada di Kabupaten Bogor. Memang kita akui pada era tahun 2015 masih ada seni budaya kearifan lokal, masih menggaung di Kabupaten Bogor Jawa Barat.
Namun berjalannya di tahun 2016 hingga 2024 seni budaya kearifan lokal ini redup, dan seiringnya tertimpa zaman yang serba canggih. Ulas Mang Iding.
“Nah disinilah kelalaian kita terutama kepala daerah nya, yang tidak memperhatikan kearifan lokal seperti apa, dan hanya budaya bernuansa politik saja.
Sepanjang persoalan itu kita di benturkan majemuk kita, yang sangat kaku. Menurut saya hal ini bisa saja kita berikan masukkan seperti ini, sesuai pengalaman saya di theater.
“Yang memang seni budaya itu tidak terlepas dari,’bagaimana kita memainkan peran, untuk menciptakan seni budaya itu hidup kembali.
Kita lebih gali lagi seperti yang sudah sudah, seni budaya bila kita memainkan peran itu-itu saja,’ maka kejenuhan dan rasa bosan terjadi serta.”
Dan” bagaimana caranya masyarakat turut senang dan gembira, bahkan tertawa. Jadi menurut Saya, kita kupas kearifan lokal dari seni budaya yang sederhana saja, seperti Contoh”.
Ketika teman saya Aris Nugraha dkk membuat film, seni budaya kearifan lokal dengan Judul Film Bajaj Bajuri. Film ini dikisahkan sosok pemuda bernama Bajuri dan seorang pengemudi Bajaj di Jakarta.
Pemeran film diperankan oleh Mat Solar, Rieke Diah Pitaloka, Nani Wijaya, Fanny Fadillah, Saleh Ali, dan Tuti Hestuti.
Sinetron ini menceritakan tentang kisah sebuah keluarga sederhana campuran Betawi dan Sunda, yaitu keluarga Bajuri dan Oneng, yang berpenghasilan pas-pasan karena sang suami hanyalah seorang sopir bajaj.
Sedangkan sang istri membuka salon kecil-kecilan. Mereka tinggal serumah dengan Eti, ibunda Oneng, yang biasa dipanggil Emak.
Kehidupan mereka yang sederhana beserta lingkungan sekitarnya ditampilkan, untuk menggambarkan situasi kondisi masyarakat daerah pinggiran di Jakarta.
Bajuri dan keluarganya digambarkan tinggal di Jakarta Selatan, di sebuah kampung fiktif bernama Ngagakgak.
Meskipun dalam episodenya juga menampilkan tempat-tempat asli seperti, Jatinegara, Jakarta Timur, Kebun Binatang Ragunan, Cilandak Mall (kini Transmart Cilandak) hingga Taman Impian Jaya Ancol.
Bajuri selalu bermusuhan dengan mertuanya karena, penghasilannya sebagai sopir bajaj yang pas-pasan.
Oneng digambarkan sebagai seorang yang lambat pemikiranya. Emak Eti yang mata duitan dan sedikit egois. Kelucuan demi kelucuan terjadi akibat keluguan Oneng dan egoisme Emak.
Tak ketinggalan, dikisahkan pula kehidupan para tetangga mereka. Di antaranya, Ucup dan Said dua orang pengangguran yang selalu merepotkan keluarga Bajuri.
Mpok Leha pemilik warung makan yang sering rugi karena dihutangi, serta Pak RT yang tidak bisa tegas dan terkadang licik.
Ada juga Mpok Minah, seorang janda yang penakut dan Mpok Hindun, seorang ibu yang genit dan hiperseks, keduanya sering tertekan oleh perilaku Emak.
Namun, di antara semua warga kampung, Mpok Hindun-lah yang paling berani melawan Emak, walaupun sering kalah.
Rangkaian ini yang kami tuangkan merupakan ada nilai jual, tentang pengembangan kultur budaya kearifan lokal.
Seperti inilah yang kami tuangkan kepada KPU Kabupaten Bogor. Untuk mengingatkan kembali suatu terobosan baru, bagi KPU, terkait seputar seni budaya.
Saya yakin bila konsep ini terwujud dan, diterima maka, dengan jelas akan berdampak mempunyai nilai Marwah untuk kearifan lokal itu sendiri.
Dan kami yakin itu tutup Mang Iding. (Tim dan Karya oleh DPD SPMI Bogor Raya)..