Bogor – Seni budaya kesenian sunda, merupakan kebanggaan dan kecintaan masyarakat kearifan lokal, (14/5/24).
Kesenian budaya sunda Jawa Barat, yang dilatar belakangi dari Bogor. Bogor merupakan sejarah situs peninggalan dari kerajaan pajajaran.
Dahulu kala kesenian dan adat karuhun sunda (Jawa Barat), mereka sangat bangga dan mencintai dengan jiwa lapang. Akan tetapi warisan seni budaya sunda, di abad 20 ini hampir punah.
Mengapa seni budaya sunda hampir punah? Jawabanya ada di salahsatu tokoh budaya, yakni tokoh seni budaya seperti Oman dan Raden Aryatedja.
Keterangan di himpun dari tokoh seni budaya, menyampaikan pendapatnya persoalan pelik ini. Ia menyampaikan kepada awak media beberapa minggu yang lalu.
Ia mengatakan, seni budaya seperti mati suri. Mengapa demikian, ini merupakan tanggung jawab pemerintah Kabupaten Bogor.
Menurut kami tokoh seni budaya, seharusnya berasal dari tokoh adat atau tokoh asal Jawa Barat. Nah ini yang menjadi polemik, menurut pandangan kami, ujar tokoh Jawa Barat.
Pemerintah Kabupaten Bogor, seharusnya bertanggung jawab, mengenai seni budaya. Yang menjadi persoalan redupnya seni budaya itu.
Masyarakat Bogor pada umumnya telah menyadari, atas peristiwa redupnya seni budaya sunda.
Kami khawatir redupnya seni budaya ini, akan melahirkan dari, budaya lain masuk dan trah tradisinya. Seni budaya tatanan sunda wajib, dilestarikan budaya yang akan mencirikan khas kearifan lokal.
Secara terpisah Windi Mahyunda ketua tim investigasi DPD Serikat Praktisi Media Indonesia, angkat bicara. Ia mengatakan sepanjang hasil dari kolarasi, pada tokoh tokoh seni budaya.
Banyak yang mengatakan hal yang sama mereka pada umumnya, sangat mengeluhkan kesenian budaya sunda hampir punah.
Di dasari menurut keterangan yang di himpun, dari Raden Aryatedja 89 tahun. Kami tidak mendengar lagi alunan musik, dan tarian tarian berasal dari budaya sunda daerah kami (Bogor).
Kami tidak ingin, dan kami tidak mau seni budaya ini redup dan hilang, ini akan membuat kekecewaan leluhur kami, yang telah diberikan bekal tradisi turun menurun.
Kami menghimbau dan berpesan pada pemerintah Kabupaten Bogor, yang khususnya pemerintahan Provinsi Jawa Barat, agar segera dihidupkan lagi.
Dan juga kami mohon pada pemerintah Kabupaten Bogor” untuk ketua kesenian, itu harus benar benar masyarakat asli pribumi,.(Sunda Asli). bukan orang luar.
Jangan sampai pesan dari kami tidak di indahkan begitu saja, tapi harus ditaati dan dilaksanakan dengan benar. Tegas Pak Raden.
Menurut Windi, apa yang disampaikan kedua tokoh ini, menurut kami sangat bagus pesan masukan masukan dari kedua tokoh diatas, sangatlah mendidik, dan pesan moral ini demi kemajuan seni budaya karuhun sunda.
Agar pemerintah Kabupaten Bogor, sudah semestinya berbenah, untuk melestarikan budaya kita dan menjadikan pedoman landasan kita., Ungkap Ketua tim Investigasi DPD SPMI Bogor Raya.
Saidi kembali menambahkan, peristiwa ini bila dibiarkan akan menjadi, larut dan tenggelam, dan akan kehilangan jati diri kita sebagai asal usul dari sunda.
Seperti halnya yang masih lestari, dan ini patut di contoh, agar Bogor sediakalanya menjadi ciri keasliannya Sunda. Dan penomena ini patut di contoh dan ditelurkan menjadi konsep yang matang.
Seperti di bawah ini keaslian dan budaya dilestarikan.
Sunda berasal dari wiwitan yang merupakan, Sunda Wiwitan adalah kepercayaan tradisional yang dianut oleh sebagian masyarakat Sunda di Jawa Barat.
Indonesia, khususnya di daerah Banten Kidul dan Kanekes. Nama “Sunda Wiwitan” sendiri berarti “awal Sunda” atau “asal mula Sunda”.
Sunda Wiwitan percaya pada konsep “Sang Hyang Kersa”, yaitu kekuatan tertinggi yang mengatur alam semesta.
Mereka juga percaya pada keharmonisan dengan alam dan menghargai alam sebagai sumber kehidupan.
Sejarah Sunda Wiwitan bisa ditelusuri kembali ke kerajaan-kerajaan kuno di Jawa Barat, seperti Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Sunda.
Meski banyak masyarakat Sunda yang kemudian menganut agama Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen, ada juga yang tetap mempertahankan kepercayaan tradisional ini.
Hari ini, pengikut Sunda Wiwitan bisa ditemukan di beberapa komunitas adat, seperti masyarakat Baduy Dalam di Banten.
Meski jumlahnya mungkin tidak sebanyak pengikut agama-agama besar lainnya, mereka tetap menjaga dan melestarikan tradisi dan kepercayaan Sunda Wiwitan sebagai bagian dari warisan budaya Sunda.
(****Tim SPMI Red*****)