List Berita – Hujan melanda di Ibu Kota Kolombo Sri Lanka, menyebabkan banjir meluap kepemukiman penduduk disertai longsor.
Hujan menyelimuti di perbukitan tengah Sri Lanka, yang menjadi penyebab pergesekan tanah di dataran tinggi hingga mengalami longsor, berdasarkan informasi pada Jumat, (5/11/2025).
Pusat Manajemen Bencana (DMC) melaporkan, 607 orang dipastikan tewas.

Jumlah korban tewas yang drastis meningkat.Â
Sebanyak 607 orang dikabarkan tewas, yang terkena akibat banjir dan longsor yang melanda di pemukiman penduduk Kolombo.
Berdasarkan informasi dari media terhimpun, Organisasi Penelitian Bangunan Nasional (NBRO) menyampaikan, mereka memantau stabilitas lereng gunung.
Mereka mengatakan curah hujan angin semakin kencang sepanjang 24 jam, yang menyelimuti oleh debit air meluap di perbukitan tersebut.
Menurut pernyataan petugas NBRO, Ia mengatakan curah hujan dalam 24 jam terakhir telah melebihi 150 mm.
Jika hujan terus menerus berlanjut, kami berharap penduduk segera mengungsi ke lokasi aman untuk menghindari risiko tanah longsor,” demikian pernyataan NBRO.
Genangan air meluap banjir pun melanda disebabkan oleh datangnya hujan monsun.
Meskipun sebagian banjir sebelumnya, yang dimulai pada saat minggu lalu telah mulai meredah.
Diketahui keberadaan warga penduduk terkini diduga tewas, akibat terjadi tanah longsor yang dahsyat.
Jumlah orang diperkirakan, hilang direvisi turun dari 341 menjadi 214, sementara jumlah orang yang terkena dampak naik menjadi lebih dari 2 juta.
Jumlah orang di kamp pengungsian yang dikelola oleh negara, turun lebih jauh menjadi 150.000.
Dari puncaknya di angka 225.000 ketika, banjir surut di dan sekitar ibu kota Kolombo.
Bencana Alam di Sertai Hujan Melanda di Kolombo Sri Lanka
Presiden Sri Lanka Anura Kumara Dissanayake dalam jumpa pers mengatakan, curah hujan dan longsor sangat mematikan digambarkan sebagai bencana alam yang paling menantang di pulau itu.
Presiden Sri Lanka Singgung Bicara dengan IMFÂ
Dalam pidatonya di hadapan parlemen pada hari Jumat, Dissanayake mengatakan ia telah meminta Dana Moneter Internasional (IMF) untuk, menunda pencairan angsuran keenam.
Dari total pinjaman talangan sebesar US$2,9 miliar, untuk menegosiasikan pembayaran yang lebih besar.
Dewan IMF seharusnya menandatangani pencairan US$347 juta pada 15 Desember, tetapi kami sekarang meminta mereka untuk menundanya.
Karena kami ingin waktu untuk menegosiasikan angsuran yang lebih besar,” kata Dissanayake.
Ia mengatakan pembicaraan baru dengan pemberi pinjaman terakhir, yang berpusat di Washington itu penting.
Sebab, situasi ekonomi negara itu telah berubah drastis menyusul bencana di seluruh pulau itu.
Peringatan tanah longsor baru pada hari Jumat mencakup area yang sebelumnya tidak diidentifikasi sebagai risiko tinggi.
Warga yang dievakuasi dari perbukitan tengah yang rawan longsor telah diberitahu untuk tidak kembali ke rumah mereka masing-masing.
Meskipun mereka tidak terkena dampak longsor. Di kota pusat Gampola, warga bekerja gotong royong membersihkan lumpur dan memperbaiki kerusakan akibat banjir.
Kami mendatangkan relawan dari daerah lain untuk membantu pembersihan ini,” ujar ulama Muslim Faleeldeen Qadiri kepada AFP di Masjid Gate Jumma.
“Kami hitung, dibutuhkan 10 orang sehari penuh untuk membersihkan satu rumah,” kata seorang relawan bernama Rinas.
“Tidak ada yang bisa melakukan ini tanpa bantuan dan saling bahu membahu. “ujarnya.
Militer Sri Lanka mengatakan telah mengerahkan ribuan tentara, di daerah yang tekena bencana banjir.
Kami membantu operasi pembersihan, kata pejabat tinggi militer, Komisaris Jenderal Layanan Esensial Prabath Chandrakeerthi.
Ia mengatakan, untuk biaya rekonstruksi diperkirakan antara US$6 miliar dan US$7 miliar.
Dissanayake mengumumkan serangkaian tindakan, untuk memberikan kompensasi yang besar kepada para korban bencana.
Serta membangun kembali rumah mereka, dan sumber mata pencarian mereka, ungkapnya.
Sementara pemerintah telah berupaya mengumpulkan sumbangan, untuk memulihkan kerusakan parah pada jalan, jembatan, rumah, dan industri.
Wakil Menteri Pariwisata Ruwan Ranasinghe mengatakan, hotel-hotel telah kembali beroperasi.
Hampir 300 wisatawan yang terdampar akibat bencana, dan telah diselamatkan dengan helikopter, kata kementerian pariwisata.
Kita membutuhkan pendapatan dari pariwisata untuk membantu pembangunan kembali,” ujar Wakil Menteri Pariwisata Ruwan Ranasinghe kepada wartawan di Kolombo. (Dilansir dari CNA Editor: Saidi Hartono).







