Internasional, LIST BERITA – Parade militer Tiongkok memiliki keistimewaan, bagi para tamu undangan pemimpin negara termasuk Indonesia.
Pertama kalinya Presiden Tiongkok Xi Jinping menyelenggarakan parade dan dihadiri oleh beberapa para pemimpin negara.
Seperti yang paling banyak mendapat sanksi, di dunia seperti: Rusia, Korea Utara, Iran dan Myanmar.
Pada parade militer minggu depan di Beijing, sebagai bentuk solidaritas terhadap Barat.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Kim Jong-Un dari Korea Utara, akan menghadiri parade “Hari Kemenangan.”
Pada tanggal 3 September. Parade ini menandai, berakhirnya, Perang Dunia Kedua.
Setelah Jepang secara resmi menyerah-pertama kalinya. Mereka tampil di depan umum bersama Xi.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian juga diperkirakan berada di podium, saat puluhan ribu tentara berbaris melalui ibu kota China.
Mereka melengkapi kuartet, yang digambarkan oleh para analis politik dan ekonomi Barat sebagai Poros Pergolakan.
Kepala junta Myanmar Min Aung Hlaing, yang jarang bepergian ke luar negeri, juga akan hadir, kata kementerian luar negeri China pada hari Kamis.
Hampir tidak ada pemimpin Barat yang akan berada di antara 26 kepala negara, atau pemerintahan asing yang menghadiri parade tersebut.
Menurut para analis politik akan menunjukkan pengaruh Xi terhadap, negara-negara yang berniat membentuk kembali tatanan global yang dipimpin Barat.
Koalisi Memiliki Nilai
Negara-negara yang bertekad, membentuk kembali tatanan global yang dipimpin Barat, “Poros Pergolakan”.
Telah berupaya melemahkan kepentingan AS, baik terkait Taiwan maupun dengan memblokir jalur pelayaran, dan berupaya melemahkan sanksi Barat. Dengan saling memberikan bantuan ekonomi, kata para analis.
Satu-satunya kepala negara atau pemerintahan Barat, yang menghadiri acara di Beijing adalah Robert Fico, perdana menteri negara anggota Uni Eropa Slovakia, dan Aleksander Vucic, presiden Serbia.
Fico menentang sanksi terhadap Rusia atas perangnya, melawan Ukraina dan telah memutuskan hubungan dengan Uni Eropa dengan mengunjungi Moskow.
Vucic juga mengunjungi Moskow pada bulan Mei dan menginginkan, hubungan baik dengan Rusia dan Tiongkok.
Tetapi Ia mengatakan, Serbia tetap berkomitmen untuk bergabung dengan Uni Eropa.
 Mitra Strategis
Rusia, yang dianggap Beijing sebagai mitra strategis, telah dilanda beberapa putaran sanksi Barat.
Ketika dijatuhkan setelah invasinya ke Ukraina, pada tahun 2022, yang membuat ekonominya di ambang resesi.
Putin, yang dicari oleh Mahkamah Pidana Internasional, atas tuduhan kejahatan perang.
Dengan mendeportasi ratusan anak secara ilegal dari Ukraina, terakhir kali mengunjungi Tiongkok pada tahun 2024.
Ia sebagian besar dikucilkan oleh Barat dan menghindari, memberikan konsesi besar. Terkait Ukraina, sementara Presiden AS Donald Trump berjuang untuk mengakhiri perang di sana.
Korea Utara, sekutu resmi Tiongkok dalam perjanjian, telah berada di bawah sanksi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak 2006.
Atas pengembangan senjata nuklir, dan rudal balistiknya. Kim terakhir kali mengunjungi Tiongkok pada Januari 2019.
China, ekonomi terbesar kedua di dunia, membeli sekitar 90% dari ekspor minyak Iran yang dikenai sanksi.
Dan terus mendapatkan logam tanah jarang, yang penting untuk pembuatan turbin angin, peralatan medis, dan kendaraan listrik dari Myanmar.
Pemimpin lain yang menghadiri apa yang akan menjadi salah satu parade terbesar Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir.
Termasuk Presiden Belarusia Aleksandr Lukashenko, Presiden Indonesia Prabowo Subianto, dan Ketua Majelis Nasional Korea Selatan, Woo Won-shik.
Kemudian Asisten Menteri Luar Negeri, Tiongkok Hong Lei mengatakan dalam konferensi pers.
Perserikatan Bangsa-Bangsa akan diwakili oleh Wakil Sekretaris Jenderal Li Junhua.
Ia sebelumnya menjabat posisi penting di kementerian luar negeri Tiongkok, termasuk sebagai duta besar Tiongkok untuk Italia, San Marino, dan Myanmar.
Mantan Perdana Menteri Jepang Yukio Hatoyama akan menghadiri parade tersebut, kata Hong.
Ia tidak menyebutkan tamu dari Italia atau Jerman, dua negara Poros lainnya selama Perang Dunia II. (Dilansir Reuters.)