Wawasan dan Keterampilan dalam Pendidikan untuk Pekerjaan masa depan yang lebih baik

- Advertisement -
Medan, List Berita – Kamboja, sebuah negara di kawasan Indo China yang merdeka pada 9 November 1953 baru saja menggelar pesta olahraga se Asia Tenggara yang ke 32, Sea Games 2023. Banyak hal kejadian yang viral di media sosial tentang ketidaksiapan panitia pelaksana dalam kegiatan tersebut. Sedikit banyak berita viral tersebut membuat mata tertuju ke Kamboja yang berpenduduk lebih dari 17 juta per 29 Mei 2023. dan menjadi tujuan para pencari kerja secara ilegal akibat bujukan para mafia perdagangan manusia. Kurangnya Pendidikan, wawasan dan keterampilan ditambah ekonomi yang sulit memaksa WNI berangkat ke Kamboja, berharap mendapat penghidupan yang layak seperti yang dihembuskan para calo mafia. 

Secara perbandingan, Kamboja tertinggal dari Indonesia. dengan perbandingan Indonesia 88 poin : Kamboja 75 poin. Dengan berbagai indikator sebagai parameter dibahas secara menyeluruh. Mulai dari : Geografi, Kualitas hidup, Infrastruktur, ekonomi dan Demografi. Dari statistik yang ada, tingkat pengangguran di Kamboja sangat kecil sekali, hanya 0,3 % dibandingkan Indonesia yang mencapai 5,4 % dari jumlah penduduknya. Ini berarti rendahnya angka pengangguran di Kamboja mengindikasikan adanya kesempatan berkarir dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.

Sementara dari sisi pendidikan untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia pada urutan ke 5 sementara Kamboja urutan ke 8. Kamboja tetap bertengger di peringkat 136 di dunia dengan skor 0,495. Wajah pendidikan negeri jrian itu termasuk yang paling muram, dengan tingkat kegagalan murid sebesar 35,8% dan hanya 15,5% penduduk yang mengenyam pendidikan tingkat menengah

Akhir-akhir ini banyak pihak yang dikejutkan dengan adanya perdagangan manusia (human trafficking) dari berbagai negara seperti: Vietnam, RRC dan Indonesia yang menjadi korban perbudakan modern. Hak-hak sebagai pekerja yang seharusnya mereka dapatkan ternyata hanya janji manis belaka. Yang perempuan menjadi pekerja seks yang laki-laki bekerja sudah melewati ambang batas kepatutan dan kewajaran.

BACA JUGA  Kisah Pilu Seorang "Kakek" Mengenang Semasa Muda Bersama Nenek

Apa sebenarnya motivasi mereka sehingga terbawa rayuan para calo yang mengantarkan mereka kepada mafia Perdagangan Manusia? Tidak cukupkah saran dan nasehat yang disampaikan orang-orang yang sudah mengakses berita di media soal kejahatan penyekapan pekerja di Kamboja? Dan berita kepedulian pemerintah dalam hal ini Kementerian Ketenagakerjaan RI dalam menangani WNI yang disekap?

Pertanyaan dan jawaban sama banyaknya menyikapi hal tersebut diatas. Data yang saya dapatkan sebagai penulis yang anggota keluarganya sudah berangkat ke Kamboja, ternyata tidak lebih baik. Kalaupun ada ia mengirim uang ke keluarganya di tanah air, karena memang dia tak sebebas di Indonesia, dari soal makanan, pola hidup dan lingkungan yang serba baru untuk beradaptasi lagi. Ini informasi yang katanya bekerja di pabrik belum lagi di sektor ilegal, perjudian online dan perusahaan Investasi Bodong.

Secara perbandingan mata uang Riel Kamboja dikurs ke US Dollar Amerika sangat rendah dibandingkan Rupiah ke US Dollar. Memang secara fakta dia bekerja, namun sesungguhnya tidak, dilihat dari penghasilan. Perjuangan itu sangat berat, semoga jika kembali ke Indonesia pengalaman itu sebagai pembelajaran. Kabar yang disampaikan dia baik-baik saja, tentu dengan harapan agar keluarga yang ditinggalkan tidak resah dengan persoalan yang sedang dihadapi.

Wawasan sebagai bagian dari informasi ilmu pengetahuan membuat kita belajar bagaimana para WNI yang hendak bekerja di Jepang harus melewati sebuah proses yang sulit dan amat panjang. komunikasi dalam Bahasa Jepang harus fasih dan kesehatan tubuh dengan berbagai aturannya harus benar-benar terseleksi dengan baik. Tentunya hasil yang didapatkan juga sepadan sekembalinya ke tanah air. Begitu juga para WNI yg bekerja di Arab Saudi, Taiwan, Malaysia dll sekembalinya ke tanah air, uang gajinya dipergunakan untuk modal usaha.

BACA JUGA  Demokrasi ditangan para Elit rumit, rakyat juga yang terjepit

Begitu banyak pekerja dari berbagai negara yang bekerja lintas negara pula, India contohnya, negara dengan jumlah penduduk terbesar kedua setelah China, sebagai negara bekas jajahan Inggris bahasa Inggris warganegaranya sangat baik pula didukung kemampuan pendidikannya terutama dibidang IT. maka tak heran India adalah pengekspor tenaga kerja terbanyak di dunia di sektor IT. Kemampuan berkomunikasi yang baik pula mengantarkan para tenaga kerjanya menyumbang devisa sebesar Rp.1500 T menurut data Bank Dunia sepanjang tahun 2022.

Tak kurang dari pihak Pemerintah lewat Kementerian Tenaga Kerja memberikan edukasi pentingnya keterampilan bila ingin bekerja di Luar Negeri melalui jalur resmi. Cuma mindset kita sudah terbelenggu dengan semua urusan harus pakai uang, sehingga menjudge terlebih dahulu sebelum mencoba. Pola pikir harus pakai orang dalam dan harus ada uang sebagai pelicin agar diterima bekerja perlahan harus kita kikis. Jika dibalik persoalannya uang pelicin itu digunakan untuk modal usaha bagaimana? Apakah kita mampu mengelolanya? Karena banyak terjadi dilingkungan kita yang memang fakta dan nyata sekali, bisnis di generasi pertama maju dan sukses begitu sampai pada generasi kedua sudah hancur. Padahal orang tuanya merintis sebuah usaha itu dengan susah payah. Perilaku anak-anaknya begitu orang tua sudah tidak ada malah sibuk jual warisan. Bahkan itu banyak terjadi pada yayasan pendidikan yang telah dirintis orang tuanya.

Pola belajar dan zaman, kini sudah berubah dan berkembang, apalagi ada sebutan istilah alumni Covid, yang tak pernah terpikirkan sama sekali sebelumnya pola belajarnya lewat online. Sudah seharusnya kita berbenah, mulai orang tua, pihak guru, sekolah dan pemerintah berjuang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai amanat Pembukaan UUD 1945 agar kita melahirkan generasi yang maju dan tangguh untuk masa depan yang lebih baik.

BACA JUGA  Aku Memilih Jalan Samurai
siswa dan guru di SDN 105288
Keceriaa para siswa dan guru seusai acara Hari Guru di SDN 105288 (Red.BS)

Masa depan generasi kita adalah tanggung jawab bersama, yang ingin terampil, berwawasan luas, punya tanggung jawab untuk masa depannya sudah pasti mempersiapkan diri sejak dini. Yang tak mau berpikiran maju pasti ditinggal. Dan itu adalah sebuah pilihan (Red -Budi Sudarman)

- Advertisement -
Must Read
- Advertisement -
Related News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini