Yogyakarta, LIST BERITA – Dibalik cerita tentang, Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Gedung Keraton yang terletak di Jalan Rotowijayan Blok No.1, Panembahan, Kecamatan Keraton, Kota Yogyakarta.
Sore hari yang bersahabat, nuansa sejuk dan senyuman sumringah, saat jumpa dengan Abdi Dalem Keraton, Pada Sabtu, Pukul 15.30 WIB, (6/9/25).
Kehadiran crew media, mengenal lebih dekat Abdi Dalem Kraton kerajaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam penyambutannya Abdi Dalem (Mastrio Bupati Anom Dipo Dimulyo) Yogyakarta, seraya mengatakan.
Terima kasih atas kunjungan crew media, di Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Tutur Abdi Dalem, berusia 62 tahun.
Menurutnya, disini banyak menyajikan berbagai informasi, terkait pusat pemerintahan monarki di Jawa yang telah berusia lebih dari 250 tahun.
Kemudian berbagai kekayaan budaya dengan filosofi tinggi, agar mudah diikuti berbagai generasi oleh Kawedanan Tandha Yekti, seraya menambahkan.
Mastrio Bupati Anom atau (Mulyono Muhammad Safei) Ia menuturkan, ada beberapa hal yang menarik disini.
Seperti halnya pertunjukan wayang kulit, wayang orang, wayang golek, seni tari dan sebagainya dimulai dari Pukul 9 pagi hingga selesai.
Kalau pun misal~ingin melihat benda pusaka dan atau” seni budaya lainnya, dapat dilihat semua orang/pengunjung, yang ingin lebih mengenal dekat dengan budaya kami.
Akan tetapi bila ingin bermaksud atau, dengan tujuan berkunjung dan ingin berjumpa dengan Ngarso Dalem.
Sepertinya itu tidak mudah, harus melalui ketentuan dan mentaati peraturan tersebut.
Di Kraton Kerajaan Ngarso Dalem, tidak sembarangan orang menemui secara langsung. “Untuk bertemu dengannya.
”Bahkan sekali pun Presiden, peraturan disini berbeda dengan peraturan yang berada di gedung sebrang (Pemerintah Provinsi), itu sangat mudah bertemu dengan beliau, ketimbang di Keraton, papar Abdi Dalem.
Disisi lain harus melalui mekanisme peraturan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, kami hanya menjalankan perintah dan pengabdian itu saja, ujarnya.
Dituturkannya seorang Abdi Dalem, Mastrio Bupati Anom Dipo Dimulyo yang kini diperkirakan berusia 62 Tahun.
Abdi Dalem mengungkapkan, kami bekerja pengabdian tanpa pamrih, dan berbakti kepada kerajaan / pemerintahan Yogyakarta.
Dan mengenai berbagai jenjang tingkatan Abdi Dalem, dan kami akan sampaikan pangkat dan jabatan, berbeda-beda, ujar Bupati Anom.
Seperti kami uraikan disini yakni:
Jajar
Bekel Anom
Bekel Sepuh
Lurah
Penewu
Wedono
Riya Bupati
Bupati Anom
Serta berbagai pakaian adat Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, itu sangat berbeda antara laki-laki (jaler) dan perempuan (estri) yakni:
Jenis utama untuk pria adalah Pranakan, (baju lurik biru gelap berkancing) dan Atela (model baju putih atau hitam untuk acara khusus).
Menyinggung seragam yang kami pakai, memiliki simbol makna dan arti. Seperti terdapat kancing berwarna hitam ini.
Yang berada dipergelangan tangan kami ini berjumlah ada 6, yang menandakan rukun Iman ada 6.
Sedangkan kancing terdapat di leher berjumlah ada 5, yang menandakan rukun Islam ada 5.
Inilah simbol-simbol seragam yang kami kenakan, merupakan bermakna dari seragam yang kami pakai.
Sedangkan pakaian Abdi Dalem perempuan meliputi Semekan (penutup dada), Janggan (kebaya hitam untuk acara tertentu), dan Tangkeban (kebaya mirip “kartinian” untuk Abdi Dalem keprajan).
Pengabdian Abdi Dalem
Pakaian Abdi Dalem ini sarat dengan makna filosofis, serta disesuaikan dengan pangkat serta jenis tugas mereka.
Sebuah pengabdian seorang Abdi Dalem terhadap pemerintahan Keraton Yogyakarta, ini wujud kepedulian mereka.
Dimana ini merupakan kepatuhan, serta kecintaan terhadap sang pemimpin kerajaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Pungkasnya.